Cerita Dari Tanggal Muda Sampai Tua. Menceritakan berbagai hal, mulai dari pengalaman sampai cari cuan. Bisa sharing pengalaman melalui berbagai cerita yang ada. Boleh juga e-mail cerita ke admin untuk di publish.

Tampilkan postingan dengan label TERBIT CORETAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TERBIT CORETAN. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Juni 2023

no image

Era Digital: Menjalin Hubungan yang Berarti untuk Mengatasi Kesepian

Sobat caper, di era digital yang penuh koneksi ini, kami merasa semakin jauh dari satu sama lain. Tapi, jangan khawatir! Kesendirian adalah hal manusiawi yang normal, dan di artikel ini, kami akan membahas cara-cara asyik untuk melawan kesendirian di era digital dan membangun hubungan yang penuh makna. Kami ingin menghadirkan konten yang berbeda-beda dan menarik untuk menjaga tingkat perplexity dan burstiness yang tinggi, sehingga tetap menarik untuk dibaca.


Langkah pertama yang menyenangkan dalam melawan kesendirian adalah dengan mengakui perasaan kita. Jangan malu atau merasa bersalah, Sobat. Merasa sendiri adalah bagian dari kehidupan kita yang kompleks. Dengan mengakui perasaan ini, kita akan lebih mudah mencari solusi dan dukungan, serta merasa lebih ringan di dalam hati.


Teknologi adalah alat seru yang dapat membantu kita merasa lebih terhubung, tetapi kita harus bijak menggunakannya. Terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial dapat membuat kita merasa semakin sendiri dan kurang puas dengan hidup. Oleh karena itu, ayo gunakan teknologi untuk membangun hubungan yang hangat, seperti berkomunikasi dengan teman dan keluarga, atau bergabung dengan komunitas online yang memiliki minat dan hobi yang sama.


Mari kita bangun hubungan yang seru dan penuh makna, bukan sekadar hubungan permukaan. Kita dapat mencapainya dengan berbagi pengalaman dan perasaan, mendengarkan dan memahami orang lain, serta menunjukkan empati dan kepedulian. Saat kita melibatkan diri dengan penuh semangat, kita akan merasakan koneksi yang sebenarnya.


Jika kesendirian melanda, carilah dukungan, Sobat-sobat tercinta. Dukungan bisa datang dari teman, keluarga, mentor, atau profesional. Dukungan ini akan membantu kita merasa lebih terhubung dan kurang sendiri. Jangan takut mencari bantuan ketika merasa sendirian, karena di sekitar kita ada orang-orang yang siap memberikan saran atau perspektif yang berharga.


Keterampilan sosial adalah kunci untuk membangun hubungan yang penuh makna dan menyenangkan. Kita bisa mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang efektif, memahami dan menghargai perbedaan, serta menunjukkan empati dan kepedulian. Dengan keterampilan sosial yang terasah, kita akan siap menghadapi dunia dengan semangat dan merasakan koneksi yang lebih erat.


Kesehatan fisik dan mental sangat penting dalam melawan kesendirian. Saat kita merasa baik secara fisik dan mental, kita akan lebih siap untuk membangun hubungan yang penuh makna dan merasa lebih terhubung. Jangan lupakan pentingnya makan makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup. Jika merasa stres atau cemas, jangan ragu untuk mencari bantuan dari para profesional.


Selain membangun hubungan yang penuh makna, mari kita juga menghargai waktu sendiri. Waktu sendiri memberi kesempatan bagi kita untuk merenung, bersantai, dan merawat diri sendiri. Dengan menghargai waktu sendiri, kita bisa merasa lebih puas dan kurang sendiri.


Terakhir, penting sekali untuk bersikap terbuka dan menerima orang lain. Setiap orang memiliki cerita dan pengalaman uniknya sendiri. Dengan mendengarkan dan menerima orang lain, kita bisa membangun hubungan yang penuh makna dan merasa lebih terhubung. Mari kita menjadi pribadi yang terbuka dan menyambut dengan tangan terbuka!


Sob - sob dan para ngab ers, melawan kesendirian di era digital dan membangun hubungan yang penuh makna memang sebuah tantangan. Tapi jangan khawatir, dengan strategi dan pendekatan yang tepat, kita bisa merasa lebih terhubung dan kurang sendiri. Ingatlah bahwa kita tidak sendirian dalam perasaan ini, dan ada banyak sumber dukungan dan bantuan yang siap membantu kita. Dengan mengakui perasaan kita, menggunakan teknologi dengan bijaksana, membangun hubungan yang penuh makna, mencari dukungan, dan menjaga kesehatan kita, kita pasti bisa melawan kesendirian dan merasakan koneksi yang mendalam. Bersama-sama, kita akan merasa lebih terhubung dan lebih bahagia.

Selasa, 16 Agustus 2022

Menjelajahi Jalur Hidup: Menghadapi Tantangan Sendiri atau Mengandalkan Jaringan Sosial?

Menjelajahi Jalur Hidup: Menghadapi Tantangan Sendiri atau Mengandalkan Jaringan Sosial?



Jalan apa yang kau tempuh??? 
Apa ya maksudnya kira - kira???
Pakai orang dalam enggak nih???
Seperti biasa sobat caper (cerita perjalan), tidak lain dan tidak bukan disini kita mencoba memperbaiki diri kita agar lebih baik lagi dengan diskusi dan belajar bersama melalui pengalaman bersama. 

Di perjalanan hidup kita, dari lahir hingga akhir, kita dihadapkan pada berbagai masalah dan kesempatan yang membutuhkan kita untuk memilih di antara berbagai pilihan. Namun, hanya satu yang dapat kita ambil. Setiap pilihan memiliki konsekuensi yang kompleks, di mana setiap jalan yang kita pilih dapat membawa kita kembali ke persimpangan, memaksa kita untuk memilih lagi. Setiap jalan yang kita ambil membawa kemungkinan yang berbeda untuk mencapai tujuan akhir, mungkin mendekatinya atau menjauhinya, dengan kejutan yang sudah disiapkan oleh Tuhan.

Saat masih sekolah, rutinitas yang monoton menghadapkan kita pada ketaatan terhadap perintah Tuhan, orang tua, dan guru. Waktu luang yang terbatas digunakan untuk menemukan jati diri. Setiap pilihan yang kita ambil memiliki dampak besar terhadap keinginan kita setelah lulus. Berjalan dalam koridor yang ditentukan oleh tiga poin di atas (Tuhan, orang tua, dan guru) akan semakin mengumpulkan faktor-faktor yang membantu kita mencapai tujuan akhir. Di sisi lain, proses penemuan jati diri kita akan semakin membentuk karakter kita. Namun, semakin kita keluar dari jalur yang ditentukan, semakin berkurang faktor-faktor yang mewujudkan impian kita. Selain itu, faktor eksternal seperti lingkungan pertemanan juga memainkan peran penting. Secara tidak langsung, lingkungan pertemanan dapat mempengaruhi perjalanan kita. Oleh karena itu, mari bergabung dan berbagi pengalaman mengenai pertemanan disini, tempat di mana kita dapat saling mendukung dan memperkaya pengalaman satu sama lain.

Hello, gak semua kayak gitu!!!
Ada juga yang b aja tapi sukses, bahkan jarang naek kelas atau putus sekolah juga bisa sukses tuh???

Santai sob, ini kita masih dalam tahap sekolah, belum juga kita lanjut ke bagian selanjutnya...

Saat kita sekolah, background keluarga kita juga ternyata juga memberikan dampak yang cukup signifikan sob. Sebuah kata yang cukup mempresentasikan hal tersebut saat ini adalah privilege. Berasa banget saat kita dulu sekolah, yang kebetulan adalah termasuk sekolah favorit pada jamannya. Background keluarga kita yang cukup sederhana, berkumpul dengan siswa siswi yang berada itu cukup memberikan jarak. Seseorang bisa atau tidak, penentuannya bukan berada pada ekonomi yang kuat atau lemah itu benar, toh kita berada satu sekolah yang sama kelas yang sama. Saat proses dalam sekolah itulah yang terlihat. Masalah outfit itu sudah jelas ya, tidak kita bahas pun sobat caper sudah paham. Dukungan yang bisa diberikan oleh keberadaan, ternyata sangat berpengaruh. Saat masih dirumah, dapat belajar dengan nyaman dengan buku – buku baru atau bahkan literasi yang lain dari buku yang berbeda. Akses internet yang juga mendukung dalam hal belajar, memperkaya literasi. Karena dulu akses internet tidak semudah seperti sekarang ya sob.

Tidur nyaman hanya terbebani masalah sekolah. Esok hari berangkat sekolah dengan kondisi yang sangat siap. Pulang sekolah berlanjut dengan kegiatan bimbingan belajar. Entah itu mapel yang ada di sekolah atau kursus bahasa inggis atau bahkan kelas musik sendiri. Hari Minggu bisa liburan melepaskan penat dari sekolah full day Senin sampai Sabtu. Dari sini sudah terlihat jelas perbedaan yang ada, disaat kita hanya menggunakan buku – buku bekas seadanya. Dipaksa mengikuti standart yang sama pada sekolah yang sama. Tidak lupa terucap rasa syukur yang mendalam saat kita bisa melewatinya.

Setelah lulus sekolah, ada yang lanjut sekolah lagi ke perguruan tinggi atau kerja atau mungkin yang lain. Biasanya memang background keluarga masing-masing secara tidak langsung mempengaruhi kelanjutannya setelah lulus sekolah. Biasanya ada yang melanjutkan bangku perkuliahan sesuai dengan bisnis orang tua, agar kelak bisa meneruskan bisnis tersebut. Ada juga yang melanjutkan profesi orang tua, ketika dipandang memang menjanjikan untuk masa depan. Beberapa mungkin melanjutkan obsesi orang tua untuk menjadi ASN kah, atau dokter, atau apapun itu yang dirasa cerah untuk masa depan. Meskipun ada yang ingin menjalani keinginannya sendiri, yang cukup berbeda dengan backgroun keluarga. Tidak jarang yang malah kurang bisa memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh keluarga dan menjadi bukan siapa – siapa.  Bukan dijadikan booster, yang terjadi adalah untuk kesenangan sementara mumpung saat kuliah jauh dari orang tua atau lebih bebas dari biasanya. InsyaAllah sobat caper dijauhkan dari hal – hal yang tidak bermanfaat tersebut.

Seperti pada tulisan sebelumnya yang menyebutkan proses pencarian jati diri juga mendukung kelanjutannya seperti apa. Semakin berkarakter seseorang maka background keluarga tidak mampu menghalangi impiannya. Kadang kala obsesi seseorang untuk membuat kehidupannya maupun kehidupan orang tuanya lebih baik, menjadi sebuah kekuatan yang cukup besar menerjang berbagai rintangan kehidupan yang ada. Tidak jarang juga yang menganggap memang sudah garis takdir dan tidak cukup berusaha mengubah keaadaan yang ada sesuai harapan. Berakhir langsung kerja seadanya, atau kuliah seadanya, kurang menyerap ilmu di bangku kuliah yang berakhir juga dengan kerja seadanya. Kerja seadanya yang dimaksud adalah pekerjaan yang tidak sesuai harapan ya sob. Bukan berarti kita merendahkan suatu pekerjaan, karena pada akhirnya kita harus bersyukur apapun pekerjaan (selama halal), karena perjaan itu yang menghidupi kita. Selama kita bekerja dengan ikhlas, cerdas, dan bersyukur atas nikmat yang ada insyaAllah kenikmatan akan lebih ditambah.
Sampai akhirnya bisa bekerja sesuai keinginan, hingga berkeluarga dan akhirnya ajal menjemput. Mungkin sedikitnya ini bisa menjawab pertanyaan yang ada diatas.

Wait bro, kayaknya ada yang kurang???
Emang udah mewakili dengan jalan apa yang kau tempuh???

Memang sih, tulisan barusan adalah suatu perjalanan menuju keinginan yang diinginkan atau mungkin kesuksesan yang kita pilih dalam setiap kesempatan dari sudut pandang yang baik - baik saja. Coba kita telusuri lebih dalam lagi lebih ke pribadi kita. Kita semua pasti pernah dengar dengan kata - kata fake people, toxic people, bermuka dua, penjilat dan lain - lain. 
Nah, disini kita bahas dalam mendapatkan kesempatan yang ada dengan jalan apa yang kau tempuh???
Apakah dengan seperangkat kata - kata diatas???

Kita semua pasti tidak ingin mendapatkan sesuatu dengan seperangkat kata tersebut. Bahkan saat dalam keadaan terpaksa menggunakannya, kita pasti tidak akan pernah ingin orang lain tau bahkan kita akan menceritakan dengan cerita sedrama mungkin disertai perjuangan yang mendalam. Dalam hati kecil kita padahal sudah bersuara bahwa "Hei, kita kayaknya gak harus gini deh, kayaknya bisa dengan cara yang lain lagi...". Kita gak harus bermuka dua deh biar semua suka sama kita. Kita juga gak harus deh menjatuhkan orang lain agar kita semakin memanjat ke atas. Kita juga gak harus bunuh orang dari belakang biar kita bisa gantikan posisi dia. Atau mungkin juga kita gak harus jadi penjilat agar bisa cepat dapat akses menuju keinginan kita.

Masa sih keinginan kita semua hanya bisa terwujud jika melakukan hal - hal diatas??? Memang sih semua kembali lagi pilihan. Tapi apa iya jika kesempatannya didapat dari jalan seperti itu, akan bisa membuat bangga?? Kita pikir - pikir lagi kayaknya gak mungkin deh kita bisa membanggakan dengan hal - hal tersebut.

Untuk yang sudah memiliki privilege, biasanya langsung mendaftar melalui link yang ada. Bisa lebih fokus dengan apa yang akan dihadapi. Tapi bukan berarti melalui jalur dalam yang test hanya sebuah formalitas ya sob. Gunakan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk test, dengan link yang ada, atau mungkin sudah ada kisi – kisi sebelumnya. Jangan sampai kita menghalangi rejeki orang yang sudah berusaha keras dan menguasai bidang tersebut, gagal karena orang ber- privilege dengan power orang dalam. Karena orang – orang ber-previlege ini biasanya sudah banyak fasilitas seperti yang kita bahas sebelumnya.  

Jadi jalan apa yang kau tempuh nih bro? Kayaknya masih banyak jalan yang baik yang bisa kita tempuh dengan hati yang bangga. Seperti kata mutiara Jawa "Ngluruk Tanpo Bolo; Menang Tanpo Ngasorake; Sekti Tanpo Aji-Aji; Sugih Tanpo Bondho", yang artinya "Berjuang tanpa perlu membawa massa atau berani bersuara seorang diri kalau itu sebuah kebenaran; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan atau mungkin juga bisa kaya dalam arti lain". Dari kata - kata tersebut bisa kita lihat bersama Monata. Wkwkwkw udah kayak mau lihat dangdut aja. Maksudnya gini bro, secara gak langsung kita bener - bener sekuat itu kah kalau hanya membawa diri kita sendiri. Semoga dari tulisan yang ada dari awal hingga akhir bisa bermanfaat. Hingga saat kita menempuh jalan kita masing - masing, bisa dengan mudah kita ceritakan yang sesungguhnya kita bangga melewati jalan yang ini jalan itu tanpa menggunakan seperangkat kata - kata tersebut. Oh iya, hampir lupa, jangan sampai kita termasuk orang - orang yang menghalalkan segala cara untuk menempuh jalan sampai tujuan.

Jadi, jalan apa yang kau tempuh sobat caper???


Senin, 15 Agustus 2022

Solidarity Forever: Menggali Makna Sejati Pertemanan di Era Modern

Solidarity Forever: Menggali Makna Sejati Pertemanan di Era Modern


Eh bro, teman itu katanya "solidarity forever," gitu loh. Slogan-slogan keren yang terkenal banget dari temen-temen teknik. Ada yang bilang begitu juga sih, gak bisa dipungkiri. Tapi menurut gue, apa sih sebenernya arti teman? Cuma dateng pas ada kepentingan? Cuma dateng pas lagi enak? Atau yang bisa kabur kalo ditagih hutang? Gak semua teman kayak gitu, bro. Ada juga teman yang bener-bener baik dan bukan cuma buat pamer atau toxic. Kalo masih ada teman toxic macam gitu, saranin aja buat baca tulisan gue ini, bro.

Gue akui sih, gak jarang ada teman yang cuma dateng pas ada kepentingan. Wajar banget sih, manusiawi juga. Lagian, gue lagi ada duit banyak atau ada cuan, pasti ada yang nyari. Nah, yang bikin ribet tuh kalo udah sampe ngutang. Kalo cuma ngilang ya udah, masih manusiawi juga. Tapi yang parah tuh kalo ngutangnya galak banget. Gue pernah punya pengalaman buruk soal utang piutang. Sampe pada akhirnya gak usah dikembalikan dan kita anggep aja sedekah. Pertemanan itu gak semurah itu, bro. Gak seharusnya hancur cuma gara-gara masalah uang, apalagi cuma bangsa 300rb aja.

Karena kebiasaan gitu, gue langsung aja tanya ke peminjam. Pertama, berapa nominalnya? Usahain pilih nominal yang gak bakal bikin gue sakit hati kalo hilang. Misalnya dia minta satu juta, gue ikhlasin cuma 300 ribu aja, bro. Terus, dibayar kapan? Kalo udah tanya, tagih sampai tiga kali sesuai janji pembayaran. Kalo lewat dari itu, ya udah berarti dia gak ada niat buat bayar balik

Terakhir, untuk apa sih utangnya? Tiap orang punya toleransi beda-beda soal ini, dan bisa jadi patokan buat nominal dan jangka waktu pengembalian. Pokoknya jangan sampe bikin gue kesel banget kalo ternyata gak bisa bayar balik dan menghilang begitu aja. Pertemanan itu harus didasari saling menghargai dan saling support, bukan cuma ambil untung aja. Jadi, penting banget buat pilih teman yang sejalan sama nilai-nilai dan prinsip hidup kita, bro. Kalo ada teman yang gak bisa ngikutin ekspektasi soal kepercayaan dan tanggung jawab, mending jaga jarak atau cari teman yang lebih positif dan mendukung, ya bro.

Pernah juga nih kita ketemu sama yang pelit menurut pandangan kita, anggap aja sobat caper yang lebih kaya atau mungkin dia ada prioritas lebih yang harus didahulukan. Karena kita tidak pernah tau latar belakang seseorang yang sebenarnya hanya kenal kurang dari setahun. Ada juga yang sikapnya kasar, itu cuma bawaan dia dari lahir atau memang suaranya keras. Sepengetahuan kita ada beberapa suku di Indonesia yang gaya bicaranya seperti itu, contoh: batak, madura, betawi. Tapi ko ke kita aja ya sikapnya seperti itu? Ya udah, sholawatin aja (ada bukunya juga ini kalau gak salah) sob. Atau ada tambahan pengalaman buruk yang lain dari sobat caper bisa langsung tulis di kolom komentar. Tapi gak semua teman itu jelek - jelek dan kita aja yang cakep lho, hehehehe... Ada juga lho teman yang baik. 

Menurut "Cerita Perjalanan" sih ada dua temen yang baik. Pertama adalah dia udah baik dari sononya. Kedua dia baik karena keadaan. Kenapa kita jadikan dua kategori yang dasarnya baik? Bukannya ada juga yang jahat? Kita coba berperasangka baik aja sob, menurut kita juga pada dasarnya manusia itu baik semua, cuma memang ada sifat - sifat teman kita gak suka dan itu sangat sulit diubah. Seperti kata - kata bijak yang mulai jarang kita dengar seperti, "Watuk kui ono obate, lak watek gak onok obate", yang artinya, "Batuk itu ada obatnya, kalau sifat itu gak ada obat". 

Untuk pengalaman pertama yaitu temen yang baik udah dari sononya. Temen seperti ini yang harusnya bisa dijadikan sahabat kedepannya. Biasanya berawal dari omongan yang nyambung jadi kita bisa menyimpulkan lebih lanjut lagi, meski faktor kita bisa jadi teman kan banyak banget tuh. Mulai dari pemikiran yang sama, background keluarga yang sama, hoby yang sama, kesukaan yang sama, makanan yang sama, dan lain sebagainya. Nah, ditambah lagi dia baik lur. 
Baiknya apa dulu nih? Baik tuh banyak banget artinya.
Biar gampang coba kita contohkan aja mungkin dari beberapa kejadian permanan kita.

Pertama, saat kita kehabisan rokok temen kita selalu ada, begitu juga sebaliknya, jangan sampai kita jadi hama tembakau. Ini sangat terbukti lho, karena memang sudah menjadi pengalaman pribadi dan riset dari beberapa kejadian temen kita sob. Entah kenapa hal tersebut jadi suatu parameter khusus untuk para perokok. Gak jarang juga terjadi rokoknya masih ada tapi disimpen dan nyomot punya orang. Menjadi sebuah minsteri dari kebanyakan orang yang Cerita Perjalanan temui tuh kayaknya perokok lebih asyique dan gak pelit dibandingkan yang bukan perokok. Meskipun kasus ini tidak bisa dipukul rata, ada juga yang gak perokok tapi gak pelit. Ada beberapa teman juga yang bukan perokok ternyata lebih asik daripada yang perokok. Sobat caper yang kebetulan tidak merokok bisa isi di kolom komentar deh pengalamannya seperti apa.

Kedua, saat kita ada kendala atau masalah apa mereka siap untuk dijadikan korban. Wkwkwkwk, udah kayak apa aja nih jadi korban. Maksudnya ya korban kita untuk curhat dan lain - lain. Jangan sampai sebaliknya, saat temen ada keperluan kita yang selalu gak ada. Berarti kita dong temen yang gak baik? Dasar gak ada obat. Karena contoh kedua ini pasti ada salah satu teman kita yang bisa kita ajak untuk keluar cari sesuatu. Entah itu hanya temenin bikin rekening, temenin cari kado atau yang lain. Bisa saling ngerti aja meskipun kita diam.

Ketiga, saat kita butuh hal finansial temen kita selalu ada. Seperti pengalaman yang sebelumnya kita ceritakan diatas, kita juga harus bisa selalu ada lur. Tapi yang jelas sesuai kemampuan aja ya bro. Soalnya ada tuh kadang - kadang yang sok ini atau itu, semuanya harus branded, atau selalu update untuk masalah fhasion dan gadget, tapi kita minta tolong selalu ada alasan. Atau kadang kala juga ada tuh yang pinjem ke kita pas jatuh tempo malah gak ada kabar. Tiba - tiba nongol aja tuh di story medsos lagi jalan - jalan. Atau mungkin ada barang baru yang nongol di badannya. Ya kali bisa jalan - jalan atau beli barang tapi gak bisa bayar hutang. 

Keempat, meskipun kadang - kadang gak ada perlunya, kita atau mereka mau aja buang waktu bersama. Gimana ya nyeritainnya? Ya gampangnya saling tukar kabar aja. Gebetan aja kalo kita terus yang tanya kabar, dan dia gak pernah tanya kabar, sama aja kayak kita disuruh mundur. Apalagi teman ya kan? Kayaknya masih ada deh temen kita yang bisa saling selalu care sama kita. Bisa juga hanya sekedar nongkrong melepas penat saling menceritakan hal yang paling gak penting mungkin, yang dicari hanya candaan semata. Bukan suatu obrolan yang saat nongkrong hanya ajang untuk membanggakan diri, cerita sukses kita, pamer barang mewah, pamer jabatan, dll. Beda cerita kalau yang kita bahas emang ada case di kerjaan dan sharing, ya sobat caper paham lah perbedaannya.

Mungkin contoh keempat ini termasuk kita kumpul gak cuma pas ada butuhnya. Butuh sih emang, kita butuh becandaan yang agak gila aja kadang kala.
Empat contoh barusan hanya segelintir kriteria temen baik pengalaman kita dan beberapa pengalaman teman yang bisa kita jadikan sahabat dan juga harus dijaga tali silaturahmi. Kalau udah nemu ciri - cirinya temen yang baik, udah deh semua kayak ada tempat bertanya saat dirasa nemu jalan buntu.

Kita mulai pembahasan yang kedua bro, yaitu temen kita baik karena keadaan. Bukan karena keadaan kita yang lagi kaya terus dia mau jadi teman kita ya sob. Tapi lebih ke keadaan kita yang sama rata sama rasa sepenanggungan. Gampangnya sih hal seperti ini yang bisa ngerasain cuma anak rantau biasanya. Seperti yang kita rasakan pada pengalaman kita yang lagi kerja di luar pulau kelahiran dan kita berada di kondisi lahan yang masih banyak hutan. Udah jauh dari rumah, gak ada saudara lagi. Loe kalo gak baik - baik sama temen ya bunuh diri secara perlahan sob. Kalau kondisi udah kayak gitu teman kita tuh udah kayak sodara, meskipun baru kenal dan taunya ya pas di pekerjaan itu. Siapa yang mau nolongin kita, dengan kondisi jauh dari rumah dan gak ada sodara kalau bukan teman kita. Jangan sampai melakukan kesalahan - kesalahan yang membuat penilaian temanmu langsung drop. Hukuman sosial tuh jauh lebih menyebalkan sob, pengen tau deh kalau ada orang - orang yang fake people bisa mampu bertahan berapa lama sampai akhirnya topengnya kebuka dan sanksi sosial didapatkan.

Ada pengalaman di suatu project yang dimana campur antara orang rantau maupun warga lokal sekitar. Kebetulan yang sikapnya kurang santun jika koordinasi. Jadi kayak public enemy untuk lokasi proyek. Lebih banyak koordinasi dengan atasan dari atasannya langsung. Dari sini sobat caper udah paham pasti arahnya kemana. Otomatis atasannya langsung seperti dilangkahi dong, dan temen – temen dengan jabatan yang akan lebih malas. Tidak hanya yang sama – sama rantauan, bahkan orang lokal pun ikut malas. Atasan sendiri saja berani dia langkahin apalagi temen yang jabatan sama sob, hanya tanya saat butuh doang, dan kita juga malas ajak ngobrol kalau tidah butuh banget.

Satu lagi dari mayora. Pengalaman yang ini berada di project yang lain, berbeda dengan yang tadi, saat murni semua adalah orang perantauan. Satu rumah ditinggali oleh 12 orang, cukup rame dan sibuk kondisi rumah saat itu. Sebelum akhirnya bertambah orang dan ada 2 rumah untuk ditingali. Hari pertama masih terlihat baik semua, minggu pertama oke, bulan pertama mulai curiga, bulan ke dua baru terlihat aslinya bagaimana. Awal semuanya menyatu tanpa sekat, tapi memasuki bulan ke dua mulai saling ngumpul dengan yang cocok saja. Tanpa disadari mulai menyadari bahwa ada ada penyakit dua orang dari 10 orang di satu rumah, dari total 20 orang 2 rumah. Lucunya adalah satu penyakit menyebarkan ujaran kebencian pada penyakit satunya, begitu juga sebaliknya. Sampai saat kita semua paham mereka berdua adalah penyakitnya.

Sebetulnya untuk kasus ini sepele sekali. Ada beberapa masalah di pekerjaan yang harus diselesaikan oleh rekan satu team, tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun dari pembuat onar dan masih omong besar. Tapi kita masih menyadarinya lah, karena kita satu team dan memang harus saling bantu. Hal yang tidak tertolong adalah kehidupan sehari – hari saat di rumah sebetulnya. Mulai dari yang tidak peduli urusan dapur, kebersihan rumah, kamar, meskupun sudah ada art yang mengurus itu semua, jika sembarangan buang sampah atau puntung rokok akan sangat mengganggu sekali. Ngumpul saat teman – teman lain bawa makanan, dan makan makanan dia sendiri di dalam kamar tanpa berbagi kepada yang lain. Padahal tanpa kita sadari, apa yang kita lakukan di luar rumah adalah cerminan kita dirumah kita sendiri. Yang terpenting adalah kita akan sangat mengetahui sifat seseorang saat kita tinggal satu rumah.

Arti teman menurut kalian seperti apa sih? Kalau menurut kita Cerita Perjalanan sih seperti yang sudah kita jelaskan. Pilihan ada pada masing – masing pribadi, tergantung dari kita menyikapinya. Bukannya suatu pertemanan itu adalah yang tidak merugikan satu pihak? Jika salah satu dirugikan akan menjadi suatu penipuan. Ada juga yang perlu kita sadari seiring berjalannya waktu adalah, meskipun kita sudah mendapatkan teman yang baik, akan silih berganti menyesuaikan kesibukan dan target pencapaian yang diinginkan. Akan ada saatnya teman yang dulunya bebas mau cerita apapun, sekarang cukup liat story dia di medsos dengan rasa ragu dan gak enak mau komentar. Oh iya, hampir lupa ngasih tau kenapa gambar kita pake hitam putih atau abu-abu dan tulisan berwarna. Karena dalam kita menilai seseorang dari awal biasanya kalau gak putih ya hitam orang tersebut. Dengan seiring berjalannya waktu beberapa penilaian kita mungkin sering berubah - ubah yang akhirnya menyatu menimbulkan abu - abu. Tapi satu hal yang harus kita percaya adalah setiap teman yang kita miliki akan memberikan warna tersendiri di kehidupan kita. Terlepas itu baik atau buruk.

Akhirnya sudah sampai di penguhujung tulisan sobar caper. Tetap semangat, doa terbaik menyertaimu. Terima kasih sudah mampir dan membaca sampai tulisan ini, jangan lupa komentarnya, jika ada pengalaman lain tulis juga di kolom komentar, dan share jika bermanfaat.

Bersama Teman-Teman Kampret, Nikmati Serunya Tawa dan Cerita Konyol yang Bakal Menghibur Hati dan Membawa Kegembiraan! hanya disini.

Minggu, 16 Februari 2020

Hubungan Bumi Manusia dan Sampah

Hubungan Bumi Manusia dan Sampah


Apakah alam memang tidak butuh kita?? Sebenernya kita mengeksplorasi alam atau mengeksploitasi alam ya??

Ini cerita santai pas kita lagi liburan gaess. Pada foto diatas itu pas kita lagi di pantai, cuma awal cerita kita akan ceritakan pas kita liburan di suatu tempat wisata salah satu gunung di Indonesia. Sebetulnya liburan itu gak disengaja, tapi mungkin dari situ kita juga gak sengaja dapat suatu pelajaran lur.

Jadi begini ceritanya, pada suatu malam.... Ceile udah kayak kismis aja nih. Bener emang malam itu kita rencana keluar, saat itu kita keluar berlima. Karena emang lagi kosong gak ada kerjaan pas lagi merantau semua pas malam Minggu pula. Rencananya kita berangkat berlima buat ngopi ditempat yang agak jauh. Saat di perjalanan udah banyak destinasi yang dibahas yang mau di buat nongkrong. Opsi pilihan memang yang buka 24 jam. 

Udah setengah perjalanan ke lokasi, eh ada yang nyeletuk salah satu orang, "Kayaknya tanggung deh kalau cuma ngopi? Kenapa gak sekalian naik gunung aja cuma sekitar 1 jam perjalanan lagi?".
"Bener juga tuh? Yang penting pagi jam 6 udah sampai mess...", Kompor satu mulai memanas.
"Masyok..... Budalkeun.....", Kompor 2 ikut juga.
"Lanjutkan...", Kompor 3 beraksi.
Akhirnya ya udah, kita ngikut aja, mana gak ada persiapan lagi buat naek gunung.

Gak lama kemudian kita nyampe, disitu ternyata juga banyak yang jual kopi, meski kopi sachet biasa. Temen - temen semua gue giring tuh ke warkop dulu, sekalian ngumpulin niat plus nego cukup ngopi aja gak perlu naik. Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu, serangan nego halus pun ternyata sia - sia mereka tetap teguh naik gunung. Oke saya terima dengan lapang dada, kita lanjutkan naik gunung. Mungkin temen - temen pembaca bingung naik gunung apa nih ko gak ada persiapan. Ya intinya kita semua cuma jalan - jalan aja, kita cuma punya waktu 7 jam. 3 jam perjalanan naik, gak peduli sampe pos berapa atau hanya sampai mana. 1 jam istirahat, 3 jam lagi untuk turun.

Pas naik sih b aja, gak ada yang istimewa. Paling juga jalan 30 menit istirahat 10 menit. 3 jam berlalu, kita ada 1 jam istirahat, kita lanjutkan turun. Nah pas kita turun nih yang ada cerita seru. Kebetulan dari 5 orang, 3 diantaranya perokok, maka berapakah yang tidak merokok??. Hehe becanda geng. Saat perjalanan turun kita liat ada bule gak bareng paklek. Saat turun gunung mereka bawa plastik, sambil jalan mereka mungut sampah yang dilewati mereka gengs. Itu rasanya kita bertiga yang perokok semacam di tampar di tempat. Ko bisa ya mereka yang gak ikut negera kita yang hanya sekedar tamu ikut menjaga kebersihan alam kita lur. Gila gak tuh?? Berasa malu saat itu, apalagi dengan adanya slogan "Saya Indonesia Saya Pancasila", tapi gak sampe mikir gitu.

Akhirnya semenjak kejadian tersebut kita yang perokok, selalu menyediakan tempat kosong di tas kecil kita untuk buang puntung kalau gak tempat sampah. Memang pelajaran yang paling masuk ke otak tuh ketika kita mendapatkan pengalaman langsung. Beberapa purnama selanjutnya saat pulang kerja kita merencanakan untuk pergi kemana gitu sambil sarapan. Kebetulan juga ada acara car free day, akhirnya kita coba berangkat setelah kerja.

Awal kita ke CFD, karena sepi lanjut ke pantai, sebelum cari sarapan. Nah pas di pantai salah satu tempat wisata di Indonesia, ada suatu pemandangan yang saya ambil seperti foto diatas guys. Kondisi kita udah sadar lingkungan, gak ada tempat sampah kita kantongi dulu. Saat kita eksplorasi disitu juga gak ada bule atau pak lek. Disuatu pojokan pantai situ tuh kita nemu pemandangan yang kurang asyique. Para pengunjung dengan santainya mengunjungi suatu daerah wisata tanpa ikut menjaga. Aslinya gak hanya tumpukan sampah seperti di foto tersebut, tapi sekitarnya juga masih banyak sampah berserakan. Dari situ terbersit "Sepertinya Kita Harus Menerka Alam Butuh Apa". 

Iya gak sih? Meskipun gak semua bule peduli lingkungan, tapi paling enggak kita yang hidup di sekitar tempat tersebut yang lebih luasnya Indonesia harus ada rasa memiliki dan menjaga bersama terutama masalah sampah. Alam tuh gak butuh kita gaess, tapi kita yang butuh alam. Masa sih bencana alam yang datang silih berganti di negeri kita tercinta Indonesia tidak bisa dijadikan pelajaran. Tulisan ini bukan hanya diperuntukkan untuk teman - teman pembaca, tapi dikhususkan untuk saya pribadi sendiri. Karena suatu kebaikan harus dimulai dari diri kita sendiri, yang akan selalu menularkan kebaikan kesekitar kita.

Terima kasih banyak telah membaca sampai sini, jangan lupa share jika bermanfaat.

Rabu, 29 Januari 2020

Batu (Ego) Pecah (Berilmu) Melebur (Bermasyarakat)

Batu (Ego) Pecah (Berilmu) Melebur (Bermasyarakat)

analogi batu pecah analogi
Halo sobat Cerita Perjalanan "Ways" hehehe, kita lanjutkan mencoba untuk memotivasi diri kita sendiri agar tersebar virus virus kebaikan. Seperti yang tertera pada judul "Batu (Ego) Pecah (Berilmu) Melebur (Bermasyarakat)". Pasti bertanya - tanya apa maksudnya ini. Saya akan memprediksi sobat disini pasti sudah baca spoiler dari gambar diatas. Bagaimana? Sudah benar belum? Kalau belum tolong jangan lupa komentarnya di bawah agar penulis semakin pintar kedepannya buat nebak, hehehe. 

Sobat caper jika lihat pada ilustrasi gambar, "Sesuatu yang keras (ego) ini pada waktunya akan retak, pecah, atau bahkan hancur". Sesuatu yang keras ini kita ilustrasikan pada gambar adalah batu. Diberi tanda dalam kurung ego yang kita analogikan sebagai batu. Kenapa harus ego sama dengan batu? Itu lebih mudah kita terima sepertinya karena banyak atau sering kita dengar dengan sebutan "kepala batu". Ini memang mencerminkan kepribadian orang yang egonya tinggi itu memang keras kepala. Susah untuk diberi tahu kalau tempe itu enak. 

Biasanya sih sangat keras pendiriannya, kalau bener mah oke gak majalah berarti ya koran. Yang jadi masalah itu kalau salah tapi susah untuk diberi tahu maunya tempe. Pada akhirnya akan berakhir dengan sebutan egois orang tersebut. Pada waktunya akan retak, pecah, atau bahkan hancur adalah dimana kondisi semesta betul - betul mengisyaratkan untuk berhenti. Maksudnya adalah ketika seseorang akan ambil suatu keputusan dan sudah diperingatkan bahwa itu salah maka semesta yang akan ambil tindakan yang akan mematahkan pendiriannya saat keputusan sudah diambil. Bisa juga akan batu (ego) retak, pecah, atau bahkan hancur dalam kondisi yang lain yang akan dijelaskan dibawah. 

Nah, tulisan selanjutnya ini adalah alasan kenapa pada paragraf sebelumnya saya bilang "kalau bener sih oke gak majalah ya koran". Tertulis, "Akan retak, pecah, sampai hancur dengan tempaan dan tekanan (adab, ilmu, dan hati yang lapang)". Dimaksud dengan hilangnya atau terkikis sifat egois dari kita melalui beberapa tempaan dan tekanan. Pembahasan sebelumnya yang terulis "semesta yang akan ambil tindakan" bisa jadi dimasukkan dalam tekanan. Bisa hilang atau terkikis dengan tempaan yaitu belajar gaes. Kita bisa menempa atau upgrade diri kita dengan belajar. 

Belajar apa nih Om? Ya belajar tentang ilmu, adab, dan hati yang lapang. 

Kenapa harus belajar ilmu? Udah deh gaes yang namanya orang berilmu itu akan lebih mudah menentukan benar tidaknya suatu keputusan atau masalah. Bahkan juga ada sepakat bahwa adab sebelum ilmu itu lebih penting.

Apa iya? Ya iyalah, sebab akibat dan konsekuensinya pasti paham. Parameter yang digunakan juga bisa lebih luas, dari segi keilmuan ini dan itu termasuk menambah hal - hal yang religius akan semakin banyak filter hingga kita minimal melakukan kesalahan-kesalahan. Yang kedua adalah adab, yang menurut KBBI adalah kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Nah itu tuh, orang Jawa juga sering bilang dalam kata "ungah ungguh". Jangan asal jeplak aja tuh mulut, liat dulu lawan bicara. Lebih tua atau muda? Meskipun kita paham bahwa mereka salah gak bisa langsung asal jeplak aja gaes. Harus ada seninya. Sampai - sampai ada kata bijak seperti " adab dahulu baru ilmu". Meskipun kepintaran kita diatas rata - rata jangan sampai kita lupa adab. Eyang Habibie aja yang sangat pintar dan terbukti kepintarannya sangat beradab. Nah elu? Gimana yak. Yang terakhir adalah "hati yang lapang", kalau orang Jawa sering ngomong "legowo".

Kalau ini sepertinya gak perlu dibahas lagi karena kita yakin udah banyak yang tahu. Akan susah seseorang mempunyai hati yang lapang kalau orang tersebut miskin ilmu dan adab. Bukannya kita mau langsung ngejudge seperti itu ya. Karena banyak sekali pemangku jabatan yang notabene lebih berilmu ternyata lebih tidak legowo daripada penyokong jabatan. Ilmu sudah didapat, sepertinya adab yang belum bisa diaplikasikan. 

Oh iya, jangan anggap orang yang berilmu disini hanya orang yang lulusan S1, S2, atau Profesor. Kalau masih menganggap orang yang yang berilmu itu adalah orang - orang yang lulusan universitas, ada suatu pesan untuk sobat caper nih "kopimu kurang pait, dolenmu kurang adoh, mulehmu kurang bengi lur" yang artinya "kopimu kurang pahit, mainmu kurang jauh, pulangmu kurang malam bro". Maksudnya kurang lebih sih sepertinya anda kurang banyak diskusi dan tukar pikiran. Karena tidak jarang juga beberapa orang bisa lebih legowo padahal sekolah sebatas SD, SMP, atau hanya SMA.

Tulisan terakhir adalah "sampai melebur dan menyatu dengan sekitarnya (hati, pikiran, ucapan, dan perlakuan akan menyatu dan akan mengalami sinkronisasi menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan siap untuk berhubungan dengan masyarakat luas)". Lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja atau tetangga. Kemungkinan besar hati, pikiran, ucapan dan perlakuan / perbuatan seseorang akan sinkron setelah mengalami paragraf sebelumnya, jadi gak ada yang namanya munafik dan lain - lain. Ngomong – ngomong munafik ada cerita yang seru juga nih, bisa dibaca disini.

Kenapa bisa begitu yak? Ya karena ilmu dan adab mereka gak terpisah, dan ilmu yang kita bahas disini luas gak hanya dari satu sudut pandang saja. Yang diharapkan memang seseorang tersebut bisa lebih bijaksana dan siap untuk terjun ke masyarakat. Maksudnya gimana nih? Kita disuruh KKN? Ya gak gitu juga kali. Ketika kita sudah siap dengan diri kita sendiri secara gak langsung kita juga siap berhadapan dengan orang lain. Apalagi saat kita menjalani kehidupan dengan tetangga, kemungkinan gak bakalan terjadi deh seperti yang diberitakan di berita - berita kriminal. Karena sesuai dengan judul yang terakhir adalah "Melebur (Bermasyarakat)" akan menjadikan kita melebur menjadi satu yaitu Indonesia, dengan banyak perbedaan tapi dengan toleransi yang tinggi.

Terima kasih kepada yang sudah membaca artikel kami sampai di tulisan ini. Jika ada kekurangan atau data yang lebih baik lagi bisa tinggalkan jejak di komentar. Kalau ada kelebihan mohon dikembalikan. Karena tulisan ini hanya hasil diskusi bersama dengan sudut pandang dari Cerita Perjalanan.

Selasa, 21 Januari 2020

no image

Tekadku Bersama-Mu

Memikirkan-Mu adalah hal tak terbatas
                             Aku membaca
Memahami-Mu adalah hal terindah
                            Aku berfikir
Bersama-Mu damai terasa
                        Aku mengerti
Aku masih menikmati saat-saat ini
                    Aku gelisah
Semesta selalu bergerak
                 Tetap gelisah
Baik ataupun buruk
             Masih gelisah
Sadar ataupun tak sadar
            Semakin gelisah
Kasat mata maupun tak kasat mata
            Aku semakin mengerti
Aku masih menikmati

Membayangkan-Mu dalam keabadian
Aku terbang dalam khayalan
Merangkai kata demi kata
Mendalami rahasia-Mu

Dalam kedamaian-Mu aku terhanyut
Menemukan makna yang tersembunyi
Dalam lautan pikiran yang terbentang
Kugapai pemahaman yang hakiki

Namun, aku tetap merasakan gelisah
Menikmati saat-saat ini dengan keraguan
Semesta berputar, tak henti bergerak
Gelora dalam diri tak terpadamkan

Baik atau buruk, aku terus meraba
Tersadar akan keberadaan-Mu yang tak tergambarkan
Kasat mata atau tersembunyi di balik tirai
Aku semakin mendekati kesadaran yang mendalam

Aku masih menikmati perjalanan ini
Melangkah dalam arus yang menggetarkan
Dalam setiap langkah, dalam setiap hela nafas
Aku semakin mengerti arti sejati hidup

Jumat, 17 Januari 2020

Menyelami Makna Lagu 'Ujung Aspal Pondok Gede': Kisah Keluhuran dan Tantangan Petani

Menyelami Makna Lagu 'Ujung Aspal Pondok Gede': Kisah Keluhuran dan Tantangan Petani

Setelah makan siang dan dalam perjalanan pulang ke kost, saya melihat pemandangan menarik di sekitar area petani yang sedang panen hasil kebun mereka. Salah satu pemandangan tertentu membuat saya teringat dengan lagu dari seorang musisi legendaris. Sepertinya pemandangan itu memiliki kesan yang menggambarkan isi lagu tersebut. Di antara bangunan-bangunan di sekitar area tersebut, terdapat satu bangunan yang terlihat mewah dan menarik perhatian. Bangunan itu berdiri tegak di tengah-tengah lingkungan sawah yang masih aktif. Seakan-akan dengan perlahan-lahan, area sawah semakin terjepit dan terbatas oleh keramaian yang dihadirkan oleh bangunan megah tersebut. Saya tidak bermaksud untuk mengkritisi kondisi tersebut, tetapi pemandangan itu benar-benar menggambarkan lagu dari Iwan Fals yang berjudul "Ujung Aspal Pondok Gede."

Tampaknya, pemandangan tersebut mengandung makna yang mendalam. Saya merenungkan bagaimana perubahan dan perkembangan di sekitar lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari para petani. Mereka harus berjuang menghadapi perubahan tersebut sambil menjaga keberlangsungan pertanian mereka. Dalam lagu Iwan Fals, terdapat nuansa kehidupan yang sulit dan berjuang melawan tantangan yang datang. Melihat pemandangan ini, saya merasa terhubung dengan pengalaman hidup yang diungkapkan dalam lagu tersebut.

Saat melihat bangunan megah tersebut, saya merasa terkesima dengan kontrasnya dengan lingkungan sekitarnya. Meskipun begitu, saya juga menyadari bahwa perkembangan dan modernisasi adalah bagian dari kemajuan yang tak terhindarkan. Namun, saya berharap agar kesenjangan antara kemajuan dan keberlanjutan lingkungan dapat diseimbangkan dengan bijak. Melalui pemandangan ini, saya diingatkan untuk selalu mempertimbangkan dampak dari perubahan yang kita hadapi dan menghormati lingkungan serta kehidupan para petani yang berjuang di tengah-tengahnya.

Pemandangan tersebut menghadirkan kesan yang kuat, dan saya merasa beruntung bisa merasakan kekuatan lagu yang membangkitkan banyak emosi dan pikiran. Lagu Iwan Fals "Ujung Aspal Pondok Gede" memberikan gambaran yang menggugah tentang perjalanan hidup dan perubahan di sekitar kita. Saya berharap pemandangan ini akan terus mengingatkan kita untuk tetap peka terhadap perubahan yang terjadi di sekitar kita dan mempertahankan nilai-nilai keberlanjutan dalam setiap langkah yang kita ambil.

Rabu, 15 Januari 2020

Mendalami Makna Refleksi Diri dan Bagaimana Menerapkannya dalam Kehidupan Sehari-hari

Mendalami Makna Refleksi Diri dan Bagaimana Menerapkannya dalam Kehidupan Sehari-hari

gambar edit meme motivasi aktifitas refleksi diri hidayah
Kita manusia, nih, gak bisa ngebiasain hidup sendiri, bro. Udah dari kecil kita diajarin, kita makhluk sosial yang perlu sosialisasi. Gak bisa dipungkiri, sih, sehari-hari pasti ada aja kegiatan yang butuh bantuan orang lain atau benda-benda lain gitu, kan? Misalnya, cerita. Cerita aja butuh minimal satu orang selain kita, bro. Kalo cerita ke diri sendiri, pasti ada suara dalam diri yang nyinyir dan bilang, "Nah loh, ngapain sih lu? Gila aja!" Contoh lain, nih, kalo kita pengen liat muka kita sendiri, kita masih perlu bantuan cermin. Gak cuma gitu, bro, kalo mau jadi lebih baik lagi, kita harus saling berbagi cerita sama orang lain, dong. Kalo mau kepoin cerita inspiratif lain buat jadi diri yang lebih oke, bisa cek disini sih. Tapi, jangan lupa, filter dulu antara kritik yang membangun sama nyinyiran semata, ya.

Gak semua sharing cerita sama orang lain bakal bawa pengaruh positif, sih. Penting banget buat kita bisa nge-filter mana kritik yang bikin kita makin berkembang dan mana yang cuma nyinyir doang. Nah, kalo kita mau jadi pribadi yang lebih kece, kita bisa intip-intip cerita inspiratif orang lain. Dari situ, kita bisa dapetin inspirasi, pola pikir baru, dan keterampilan yang bisa bantu kita tumbuh dan maju, bro.

Buat yang lagi nyari cerita-cerita inspiratif dan pengalaman sukses buat jadi orang yang lebih keren, banyak sumber yang bisa kita eksplor. Kepoin cerita-cerita inspiratif dan kisah sukses di sini bisa jadi langkah awal buat dapetin motivasi dan ide-ide baru yang bisa kita terapin dalam kehidupan sehari-hari, bro.

Tapi, tetep, ya, jangan lupa tetep seimbang dalam nerima masukan dari orang lain, bro. Kritik yang membangun itu kayak bensin buat kita berkembang dan perbaiki diri, tapi nyinyiran doang cuma bikin kita lemes sama energi negatif. Jadi, selektif, bro, dalam nerima masukan, biar kita dapetin yang paling oke dari interaksi sosial dan bantu kita jadi pribadi yang makin jos.