Cerita Dari Tanggal Muda Sampai Tua. Menceritakan berbagai hal, mulai dari pengalaman sampai cari cuan. Bisa sharing pengalaman melalui berbagai cerita yang ada. Boleh juga e-mail cerita ke admin untuk di publish.

Tampilkan postingan dengan label HIDAYAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HIDAYAH. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Juni 2023

no image

Era Digital: Menjalin Hubungan yang Berarti untuk Mengatasi Kesepian

Sobat caper, di era digital yang penuh koneksi ini, kami merasa semakin jauh dari satu sama lain. Tapi, jangan khawatir! Kesendirian adalah hal manusiawi yang normal, dan di artikel ini, kami akan membahas cara-cara asyik untuk melawan kesendirian di era digital dan membangun hubungan yang penuh makna. Kami ingin menghadirkan konten yang berbeda-beda dan menarik untuk menjaga tingkat perplexity dan burstiness yang tinggi, sehingga tetap menarik untuk dibaca.


Langkah pertama yang menyenangkan dalam melawan kesendirian adalah dengan mengakui perasaan kita. Jangan malu atau merasa bersalah, Sobat. Merasa sendiri adalah bagian dari kehidupan kita yang kompleks. Dengan mengakui perasaan ini, kita akan lebih mudah mencari solusi dan dukungan, serta merasa lebih ringan di dalam hati.


Teknologi adalah alat seru yang dapat membantu kita merasa lebih terhubung, tetapi kita harus bijak menggunakannya. Terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial dapat membuat kita merasa semakin sendiri dan kurang puas dengan hidup. Oleh karena itu, ayo gunakan teknologi untuk membangun hubungan yang hangat, seperti berkomunikasi dengan teman dan keluarga, atau bergabung dengan komunitas online yang memiliki minat dan hobi yang sama.


Mari kita bangun hubungan yang seru dan penuh makna, bukan sekadar hubungan permukaan. Kita dapat mencapainya dengan berbagi pengalaman dan perasaan, mendengarkan dan memahami orang lain, serta menunjukkan empati dan kepedulian. Saat kita melibatkan diri dengan penuh semangat, kita akan merasakan koneksi yang sebenarnya.


Jika kesendirian melanda, carilah dukungan, Sobat-sobat tercinta. Dukungan bisa datang dari teman, keluarga, mentor, atau profesional. Dukungan ini akan membantu kita merasa lebih terhubung dan kurang sendiri. Jangan takut mencari bantuan ketika merasa sendirian, karena di sekitar kita ada orang-orang yang siap memberikan saran atau perspektif yang berharga.


Keterampilan sosial adalah kunci untuk membangun hubungan yang penuh makna dan menyenangkan. Kita bisa mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang efektif, memahami dan menghargai perbedaan, serta menunjukkan empati dan kepedulian. Dengan keterampilan sosial yang terasah, kita akan siap menghadapi dunia dengan semangat dan merasakan koneksi yang lebih erat.


Kesehatan fisik dan mental sangat penting dalam melawan kesendirian. Saat kita merasa baik secara fisik dan mental, kita akan lebih siap untuk membangun hubungan yang penuh makna dan merasa lebih terhubung. Jangan lupakan pentingnya makan makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup. Jika merasa stres atau cemas, jangan ragu untuk mencari bantuan dari para profesional.


Selain membangun hubungan yang penuh makna, mari kita juga menghargai waktu sendiri. Waktu sendiri memberi kesempatan bagi kita untuk merenung, bersantai, dan merawat diri sendiri. Dengan menghargai waktu sendiri, kita bisa merasa lebih puas dan kurang sendiri.


Terakhir, penting sekali untuk bersikap terbuka dan menerima orang lain. Setiap orang memiliki cerita dan pengalaman uniknya sendiri. Dengan mendengarkan dan menerima orang lain, kita bisa membangun hubungan yang penuh makna dan merasa lebih terhubung. Mari kita menjadi pribadi yang terbuka dan menyambut dengan tangan terbuka!


Sob - sob dan para ngab ers, melawan kesendirian di era digital dan membangun hubungan yang penuh makna memang sebuah tantangan. Tapi jangan khawatir, dengan strategi dan pendekatan yang tepat, kita bisa merasa lebih terhubung dan kurang sendiri. Ingatlah bahwa kita tidak sendirian dalam perasaan ini, dan ada banyak sumber dukungan dan bantuan yang siap membantu kita. Dengan mengakui perasaan kita, menggunakan teknologi dengan bijaksana, membangun hubungan yang penuh makna, mencari dukungan, dan menjaga kesehatan kita, kita pasti bisa melawan kesendirian dan merasakan koneksi yang mendalam. Bersama-sama, kita akan merasa lebih terhubung dan lebih bahagia.

Rabu, 29 Januari 2020

Batu (Ego) Pecah (Berilmu) Melebur (Bermasyarakat)

Batu (Ego) Pecah (Berilmu) Melebur (Bermasyarakat)

analogi batu pecah analogi
Halo sobat Cerita Perjalanan "Ways" hehehe, kita lanjutkan mencoba untuk memotivasi diri kita sendiri agar tersebar virus virus kebaikan. Seperti yang tertera pada judul "Batu (Ego) Pecah (Berilmu) Melebur (Bermasyarakat)". Pasti bertanya - tanya apa maksudnya ini. Saya akan memprediksi sobat disini pasti sudah baca spoiler dari gambar diatas. Bagaimana? Sudah benar belum? Kalau belum tolong jangan lupa komentarnya di bawah agar penulis semakin pintar kedepannya buat nebak, hehehe. 

Sobat caper jika lihat pada ilustrasi gambar, "Sesuatu yang keras (ego) ini pada waktunya akan retak, pecah, atau bahkan hancur". Sesuatu yang keras ini kita ilustrasikan pada gambar adalah batu. Diberi tanda dalam kurung ego yang kita analogikan sebagai batu. Kenapa harus ego sama dengan batu? Itu lebih mudah kita terima sepertinya karena banyak atau sering kita dengar dengan sebutan "kepala batu". Ini memang mencerminkan kepribadian orang yang egonya tinggi itu memang keras kepala. Susah untuk diberi tahu kalau tempe itu enak. 

Biasanya sih sangat keras pendiriannya, kalau bener mah oke gak majalah berarti ya koran. Yang jadi masalah itu kalau salah tapi susah untuk diberi tahu maunya tempe. Pada akhirnya akan berakhir dengan sebutan egois orang tersebut. Pada waktunya akan retak, pecah, atau bahkan hancur adalah dimana kondisi semesta betul - betul mengisyaratkan untuk berhenti. Maksudnya adalah ketika seseorang akan ambil suatu keputusan dan sudah diperingatkan bahwa itu salah maka semesta yang akan ambil tindakan yang akan mematahkan pendiriannya saat keputusan sudah diambil. Bisa juga akan batu (ego) retak, pecah, atau bahkan hancur dalam kondisi yang lain yang akan dijelaskan dibawah. 

Nah, tulisan selanjutnya ini adalah alasan kenapa pada paragraf sebelumnya saya bilang "kalau bener sih oke gak majalah ya koran". Tertulis, "Akan retak, pecah, sampai hancur dengan tempaan dan tekanan (adab, ilmu, dan hati yang lapang)". Dimaksud dengan hilangnya atau terkikis sifat egois dari kita melalui beberapa tempaan dan tekanan. Pembahasan sebelumnya yang terulis "semesta yang akan ambil tindakan" bisa jadi dimasukkan dalam tekanan. Bisa hilang atau terkikis dengan tempaan yaitu belajar gaes. Kita bisa menempa atau upgrade diri kita dengan belajar. 

Belajar apa nih Om? Ya belajar tentang ilmu, adab, dan hati yang lapang. 

Kenapa harus belajar ilmu? Udah deh gaes yang namanya orang berilmu itu akan lebih mudah menentukan benar tidaknya suatu keputusan atau masalah. Bahkan juga ada sepakat bahwa adab sebelum ilmu itu lebih penting.

Apa iya? Ya iyalah, sebab akibat dan konsekuensinya pasti paham. Parameter yang digunakan juga bisa lebih luas, dari segi keilmuan ini dan itu termasuk menambah hal - hal yang religius akan semakin banyak filter hingga kita minimal melakukan kesalahan-kesalahan. Yang kedua adalah adab, yang menurut KBBI adalah kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Nah itu tuh, orang Jawa juga sering bilang dalam kata "ungah ungguh". Jangan asal jeplak aja tuh mulut, liat dulu lawan bicara. Lebih tua atau muda? Meskipun kita paham bahwa mereka salah gak bisa langsung asal jeplak aja gaes. Harus ada seninya. Sampai - sampai ada kata bijak seperti " adab dahulu baru ilmu". Meskipun kepintaran kita diatas rata - rata jangan sampai kita lupa adab. Eyang Habibie aja yang sangat pintar dan terbukti kepintarannya sangat beradab. Nah elu? Gimana yak. Yang terakhir adalah "hati yang lapang", kalau orang Jawa sering ngomong "legowo".

Kalau ini sepertinya gak perlu dibahas lagi karena kita yakin udah banyak yang tahu. Akan susah seseorang mempunyai hati yang lapang kalau orang tersebut miskin ilmu dan adab. Bukannya kita mau langsung ngejudge seperti itu ya. Karena banyak sekali pemangku jabatan yang notabene lebih berilmu ternyata lebih tidak legowo daripada penyokong jabatan. Ilmu sudah didapat, sepertinya adab yang belum bisa diaplikasikan. 

Oh iya, jangan anggap orang yang berilmu disini hanya orang yang lulusan S1, S2, atau Profesor. Kalau masih menganggap orang yang yang berilmu itu adalah orang - orang yang lulusan universitas, ada suatu pesan untuk sobat caper nih "kopimu kurang pait, dolenmu kurang adoh, mulehmu kurang bengi lur" yang artinya "kopimu kurang pahit, mainmu kurang jauh, pulangmu kurang malam bro". Maksudnya kurang lebih sih sepertinya anda kurang banyak diskusi dan tukar pikiran. Karena tidak jarang juga beberapa orang bisa lebih legowo padahal sekolah sebatas SD, SMP, atau hanya SMA.

Tulisan terakhir adalah "sampai melebur dan menyatu dengan sekitarnya (hati, pikiran, ucapan, dan perlakuan akan menyatu dan akan mengalami sinkronisasi menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan siap untuk berhubungan dengan masyarakat luas)". Lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja atau tetangga. Kemungkinan besar hati, pikiran, ucapan dan perlakuan / perbuatan seseorang akan sinkron setelah mengalami paragraf sebelumnya, jadi gak ada yang namanya munafik dan lain - lain. Ngomong – ngomong munafik ada cerita yang seru juga nih, bisa dibaca disini.

Kenapa bisa begitu yak? Ya karena ilmu dan adab mereka gak terpisah, dan ilmu yang kita bahas disini luas gak hanya dari satu sudut pandang saja. Yang diharapkan memang seseorang tersebut bisa lebih bijaksana dan siap untuk terjun ke masyarakat. Maksudnya gimana nih? Kita disuruh KKN? Ya gak gitu juga kali. Ketika kita sudah siap dengan diri kita sendiri secara gak langsung kita juga siap berhadapan dengan orang lain. Apalagi saat kita menjalani kehidupan dengan tetangga, kemungkinan gak bakalan terjadi deh seperti yang diberitakan di berita - berita kriminal. Karena sesuai dengan judul yang terakhir adalah "Melebur (Bermasyarakat)" akan menjadikan kita melebur menjadi satu yaitu Indonesia, dengan banyak perbedaan tapi dengan toleransi yang tinggi.

Terima kasih kepada yang sudah membaca artikel kami sampai di tulisan ini. Jika ada kekurangan atau data yang lebih baik lagi bisa tinggalkan jejak di komentar. Kalau ada kelebihan mohon dikembalikan. Karena tulisan ini hanya hasil diskusi bersama dengan sudut pandang dari Cerita Perjalanan.

Rabu, 15 Januari 2020

Mendalami Makna Refleksi Diri dan Bagaimana Menerapkannya dalam Kehidupan Sehari-hari

Mendalami Makna Refleksi Diri dan Bagaimana Menerapkannya dalam Kehidupan Sehari-hari

gambar edit meme motivasi aktifitas refleksi diri hidayah
Kita manusia, nih, gak bisa ngebiasain hidup sendiri, bro. Udah dari kecil kita diajarin, kita makhluk sosial yang perlu sosialisasi. Gak bisa dipungkiri, sih, sehari-hari pasti ada aja kegiatan yang butuh bantuan orang lain atau benda-benda lain gitu, kan? Misalnya, cerita. Cerita aja butuh minimal satu orang selain kita, bro. Kalo cerita ke diri sendiri, pasti ada suara dalam diri yang nyinyir dan bilang, "Nah loh, ngapain sih lu? Gila aja!" Contoh lain, nih, kalo kita pengen liat muka kita sendiri, kita masih perlu bantuan cermin. Gak cuma gitu, bro, kalo mau jadi lebih baik lagi, kita harus saling berbagi cerita sama orang lain, dong. Kalo mau kepoin cerita inspiratif lain buat jadi diri yang lebih oke, bisa cek disini sih. Tapi, jangan lupa, filter dulu antara kritik yang membangun sama nyinyiran semata, ya.

Gak semua sharing cerita sama orang lain bakal bawa pengaruh positif, sih. Penting banget buat kita bisa nge-filter mana kritik yang bikin kita makin berkembang dan mana yang cuma nyinyir doang. Nah, kalo kita mau jadi pribadi yang lebih kece, kita bisa intip-intip cerita inspiratif orang lain. Dari situ, kita bisa dapetin inspirasi, pola pikir baru, dan keterampilan yang bisa bantu kita tumbuh dan maju, bro.

Buat yang lagi nyari cerita-cerita inspiratif dan pengalaman sukses buat jadi orang yang lebih keren, banyak sumber yang bisa kita eksplor. Kepoin cerita-cerita inspiratif dan kisah sukses di sini bisa jadi langkah awal buat dapetin motivasi dan ide-ide baru yang bisa kita terapin dalam kehidupan sehari-hari, bro.

Tapi, tetep, ya, jangan lupa tetep seimbang dalam nerima masukan dari orang lain, bro. Kritik yang membangun itu kayak bensin buat kita berkembang dan perbaiki diri, tapi nyinyiran doang cuma bikin kita lemes sama energi negatif. Jadi, selektif, bro, dalam nerima masukan, biar kita dapetin yang paling oke dari interaksi sosial dan bantu kita jadi pribadi yang makin jos.